Kamis, 09 Oktober 2014

Petilasan Damarwulan di Dusun Paluombo Desa Sumbersalak



Paloombo adalah salah satu dusun yang tertelak di desa Sumber Salak, Kecamatan Ledok Ombo, Kabupaten Jember.  Dusun ini terletak di ujung sebelah Barat-Selatan  dari desa Sumber Salak. Tidak ada kesulitan untuk menuju dusun ini, karena dusun ini sudah memiliki jalan hot mix sampai ke ujungnya. Namun untuk menuju lokasi situs Paluombo, harus ditempuh dengan jalan kaki kira-kira 500 meter.
namun yang paling istimewa adalah nama dusun ini, yakni PALUOMBO. Paluombo yang digunakan sebagai nama dusun ini terkesan unik, saya selalu bertanya darimana asal nama dusun ini. karena nama ini adalah nama yang sangat kuno dan penuh berwibawa. Akhirnya kami menemukan penutur sejarah penamaan dusun Paloombo. Lelaki paruh baya bernama Fathur, seorang laki-laki keturunan Madura yang sejak lahir tinggal di dusun Paluombo.
Cak Fathur mulai menuturkan, bahwa Paluombo diambil dari nama seorang resi yang bertama di pegunungan Argagiri (argo=gunung, giri=gunung) di wilayah Utara Jember 
Siapa sebenarnya resi Paluombo. Alkisah, menyebutkan: ketika kerajaan majapahit sedang menemui kejayaan, tersebutlah seorang patih yang cukup terkenal bernama patih Maudoro. Patih Maudoro adalah seorang patih yang sakti mandraguna, dia memiliki seorang istri yang sangat cantik sekali.
Kecantikan istrinya ini menimbulkan rasa kesengsem dari patih yang lain, yakni Patih Logender. Entah dengan dalih apa, tiba-tiba patih Maudoro dipaksa pergi dari kerajaan. Padahal, saat itu si Istri sedang dalam keadaan Hamil. Sebelum pergi, Patih Maudoro berpesan kepada istrinya, agar menyusul ke Gunung ArgoGiri jika diganggu oleh patih Logender. Mengapa ke Argogiri, karena disitulah ada bapaknya patih Maudoro yang berjuluk resi Paluombo.
Benarlah apa yang diprediksi Patih Maudoro. Setelah ditinggalkan, mulailah Patih Logender melancarkan bujuk-rayu kepada istrinya patih Maudoro. Maka dengan susah payah, perempuan yang sudah hamil tersebut melarikan diri dari kerajaan Majapahit menuju pegunungan Argogiri. Tidak pernah ada catatan,bagaimana susahnya perjalanan menuju pegunungan Argogiri. Yang pasti sangat susah, karena saat itu belum ada taxi (he…he,…).
Sesampainya di Pegunungan Argogiri, lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak membawa sejarah dan legenda cerita rakyat bernama: DAMARWULAN. Seorang anak desa yang mampu mengalahkan raja Blambangan: MINAK JINGGO.
Dan sebagai penghormatan atas jasa resi Paluombo, maka diabadikanlah namanya menjadi nama dusun Paluombo.

Saat ini, masih bisa ditemui bekas-bekas padepokan resi Paluombo. Berupa pohon “Godril” atau “trembesi” yang sangat besar. Dibawahnya ada semacam altar keramik yang ada semacam kuburannya.

Menurut orang desa, kenapa dibuat altar keramik, hal itu untuk memberi kenyamanan bagi para pengunjung situs tersebut. Dan orang desa mengerti bahwa tidak ada jasad apapun di bawah kuburan tersebut. Kata orang desa, pada hari-hari tertentu banyak orang berkunjung ke situs tersebut, yang katanya untuk ngalab berkah.