Paloombo adalah salah satu dusun
yang tertelak di desa Sumber Salak, Kecamatan Ledok Ombo, Kabupaten
Jember. Dusun ini terletak di ujung sebelah Barat-Selatan dari desa Sumber Salak. Tidak ada kesulitan untuk menuju dusun ini, karena
dusun ini sudah memiliki jalan hot mix sampai ke ujungnya. Namun untuk menuju
lokasi situs Paluombo, harus ditempuh dengan jalan kaki kira-kira 500 meter.
namun yang paling
istimewa adalah nama dusun ini, yakni PALUOMBO. Paluombo yang digunakan sebagai
nama dusun ini terkesan unik, saya selalu bertanya darimana asal nama dusun
ini. karena nama ini adalah nama yang sangat kuno dan penuh berwibawa. Akhirnya
kami menemukan penutur sejarah penamaan dusun Paloombo. Lelaki paruh baya
bernama Fathur, seorang laki-laki keturunan Madura yang sejak lahir tinggal di
dusun Paluombo.
Cak Fathur mulai
menuturkan, bahwa Paluombo diambil dari nama seorang resi yang bertama di
pegunungan Argagiri (argo=gunung, giri=gunung) di wilayah Utara Jember
Siapa
sebenarnya resi Paluombo. Alkisah, menyebutkan: ketika kerajaan majapahit
sedang menemui kejayaan, tersebutlah seorang patih yang cukup terkenal bernama
patih Maudoro. Patih Maudoro adalah seorang patih yang sakti mandraguna, dia
memiliki seorang istri yang sangat cantik sekali.
Kecantikan istrinya ini
menimbulkan rasa kesengsem dari patih yang lain, yakni Patih Logender. Entah
dengan dalih apa, tiba-tiba patih Maudoro dipaksa pergi dari kerajaan. Padahal,
saat itu si Istri sedang dalam keadaan Hamil. Sebelum pergi, Patih Maudoro
berpesan kepada istrinya, agar menyusul ke Gunung ArgoGiri jika diganggu oleh
patih Logender. Mengapa ke Argogiri, karena disitulah ada bapaknya patih
Maudoro yang berjuluk resi Paluombo.
Benarlah apa yang
diprediksi Patih Maudoro. Setelah ditinggalkan, mulailah Patih Logender
melancarkan bujuk-rayu kepada istrinya patih Maudoro. Maka dengan susah payah,
perempuan yang sudah hamil tersebut melarikan diri dari kerajaan Majapahit
menuju pegunungan Argogiri. Tidak pernah ada catatan,bagaimana susahnya
perjalanan menuju pegunungan Argogiri. Yang pasti sangat susah, karena saat itu
belum ada taxi (he…he,…).
Sesampainya di Pegunungan
Argogiri, lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak membawa sejarah dan
legenda cerita rakyat bernama: DAMARWULAN. Seorang anak desa yang mampu
mengalahkan raja Blambangan: MINAK JINGGO.
Dan sebagai penghormatan
atas jasa resi Paluombo, maka diabadikanlah namanya menjadi nama dusun
Paluombo.
Menurut orang
desa, kenapa dibuat altar keramik, hal itu untuk memberi kenyamanan bagi
para pengunjung situs tersebut. Dan orang desa mengerti bahwa tidak ada jasad
apapun di bawah kuburan tersebut. Kata orang desa, pada hari-hari tertentu
banyak orang berkunjung ke situs tersebut, yang katanya untuk ngalab berkah.